Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona (SARS-CoV-2) hingga saat ini masih terus diteliti, Adapun gejala yang ditimbulkan diantaranya demam, batuk, sesak napas, diare, hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau. Gejala-gejala tersebut umumnya akan timbul dalam waktu 2 – 14 hari setelah penderita terpapar virus Corona.
Dalam beberapa waktu terakhir ini muncul gejala baru pada penderita COVID-19 yakni happy hypoxia yang diduga menyebabkan sejumlah pasien COVID-19 meninggal tanpa menunjukkan gejala apapun.
Sebuah studi penelitian terbaru memberikan penjelasan mengenai pasien COVID-19 yang datang dengan kadar oksigen yang sangat rendah, tetapi tidak menunjukkan gejala dispnea (kesulitan bernapas). Pemahaman baru mengenai kondisi ini, dikenal dengan istilah silent hypoxemia atau happy hypoxia.
Hasil studi yang ditulis oleh Dr. Martin J. Tobin, seorang profesor kedokteran paru, menyatakan bahwa 16 pasien COVID-19 dengan tingkat oksigen yang rendah tidak mengalami sesak napas atau dyspnea. Melalui studi tersebut, ditemukan pula beberapa mekanisme patofisiologis yang bertanggung jawab atas sebagian besar kasus silent hypoxia.
Menurut pakar penyakit dalam spesialis paru-paru UGM, happy hypoxia merupakan suatu kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah atau dibawah normal dalam tubuh, tetapi terlihat seperti orang normal. Normalnya, kadar oksigen dalam tubuh seseorang adalah 95 % hingga 100 %, jika di bawah 90 % maka dianggap rendah. Orang yang mengalami happy hypoxia akan tampak normal atau terlihat biasa saja namun lama kelamaan akan mengalami lemas kemudian tidak sadarkan diri.
Happy hypoxia terjadi akibat adanya penyempitan di saluran pembuluh darah. Hal tersebut dikarenakan peradangan atau inflamasi pada pembuluh-pembuluh darah, terutama di paru-paru akibat kadar oksigen yang terus berkurang dalam tubuh.
Happy hypoxia adalah kondisi yang sangat berbahaya, sehingga jika tidak segera ditangani dapat mengancam nyawa pasien Covid 19. Penyempitan tidak hanya akan terjadi di paru-paru, tetapi juga dapat terjadi pada organ-organ lainnya, seperti ginjal dan otak, yang dapat menyebabkan kematian.
Happy hypoxia dapat diketahui dengan mengukur kadar oksigen dalam sampel darah yang diambil dari arteri. Pemantauan kadar oksigen dalam darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat pulse oximeter yang dijepitkan di jari.
Penting bagi penderita COVID 19 untuk mewaspadai happy hypoxia karena sangat berbahaya. Segeralah datang ke rumah sakit apabila tiba-tiba merasakan lemas, tetapi masih dapat makan dan minum seperti biasa, agar segera mendapatkan penanganan yang tepat karena lemas yang dialami tersebut dapat disebabkan oleh kadar oksigen di dalam tubuh yang berkurang atau rendah.
(Medical Affairs/FH)
Sumber:
Ika. Universitas Gadjah Mada (2020). Kenali Happy Hypoxia Syndrome Gejala Baru Covid-19
Mayo Clinic (2018). Definition. Hypoxemia.
https://www.mayoclinic.org/symptoms/hypoxemia/basics/causes/sym-20050930
Science Daily. Study explains potential causes for ‘happy hypoxia’ condition in Covid-10 patients. Diakses pada 9 Oktober 2020.
https://www.sciencedaily.com/releases/2020/07/200702144732.htm
Sumber Gambar:
https://loyolamedicine.org/news/hypoxia-covid