Radang usus buntu adalah salah satu penyebab paling umum dari nyeri perut akut pada orang dewasa dan anak-anak, dengan resiko sebesar 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita. Siapapun bisa terkena radang usus buntu. Tapi paling sering terjadi pada orang yang berusia antara 10 dan 30 tahun. Pria memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita. Radang usus buntu adalah suatu kondisi dimana usus buntu menjadi bengkak, meradang, dan berisi nanah. Dalam setiap kasus, bakteri berkembang menginfeksi lapisan usus buntu. Radang usus buntu bisa bersifat akut atau kronis. Dikatakan akut apabila radang usus buntu gejalanya muncul tiba-tiba sedangkan usus buntu kronis terkadang tidak menimbulkan gejala pada tahap awal dan gejala baru muncul ketika penyakit mulai memburuk atau semakin parah. Di Amerika Serikat, radang usus buntu adalah penyebab paling umum dari sakit perut yang mengakibatkan pembedahan.  Jika tidak diobati, dapat menyebabkan usus buntu meledak. Hal ini dapat menyebabkan bakteri  tumpah ke rongga perut, yang bisa berakibat serius dan terkadang fatal.

Salah satu gejala usus buntu yang paling awal adalah sakit perut yang sulit dikenali. Orang dengan usus buntu biasanya mengalami rasa sakit di bagian tengah perut mereka yang akhirnya berpindah ke sisi sebelah kanan bawah (titik McBurney). Kehilangan nafsu makan adalah gejala awal lain dari radang usus buntu. Mual dan muntah dapat terjadi pada awal perjalanan penyakit atau bahkan kemudian sebagai akibat dari penyumbatan usus. Beberapa gejala radang usus buntu meliputi : Nyeri di dekat bagian tengah perut yang akhirnya bergerak ke bawah perut di sepanjang sisi kanan, nyeri ini semakin parah dalam hitungan jam, dan mungkin terasa sakit saat  batuk, bersin, atau bergerak, atau bernapas dalam-dalam. Masalah perut seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sembelit, atau diare, demam dan  perut bengkak.

Diagnosis untuk radang usus buntu meliputi, tes darah untuk memeriksa infeksi, MRI atau CT Scan atau ultrasound untuk melihat apakah usus buntu meradang, tes urine untuk mengidentifikasi infeksi ginjal atau kandung kemih. Para peneliti di Pusat Proteomik di Rumah Sakit Anak di Boston, MA, telah menunjukkan bahwa protein yang dapat dideteksi dalam urin dapat berguna sebagai penanda biologis untuk usus buntu. Terkadang, dokter akan memutuskan untuk mengangkat usus buntu melalui pembedahan karena terlalu berisiko untuk menunggu tes untuk memastikan diagnosis.

Sebuah Penelitian menyebutkan bahwa terapi antibiotik merupakan terapi lini pertama untuk pasien radang usus buntu tanpa komplikasi, sedangkan untuk pasien radang usus buntu akut menggunakan Apendektomi. Metaanalisis baru-baru ini mengevaluasi berbagai hasil untuk apendektomi terbuka dan laparoskopi pada anak-anak dan orang dewasa. Dibandingkan dengan laparotomi terbuka, laparoskopi apendektomi menghasilkan insiden infeksi luka yang lebih rendah, lebih sedikit komplikasi pasca operasi, lama rawat inap lebih pendek, dan lebih cepat untuk bisa beraktivitas, tetapi waktu pengoperasian lebih lama.

 

Radang usus buntu adalah salah satu penyebab paling umum dari nyeri perut akut pada orang dewasa dan anak-anak. Diagnosis untuk radang usus buntu meliputi, tes darah, MRI/ CT Scan, tes urin. Pengobatan lini pertama untuk radang usus buntu tanpa komplikasi yaitu pemberian antibiotik, sedangkan usus buntu akut dilakukan  Laparoskopi Apendektomi karena menghasilkan proses penyembuhan yang cepat.

 

Sumber:

Matthew J Snyder, et all. Acute Appendicitis: Efficient Diagnosis and Management, American Academy of Family Physicians, 2018 July 1

https://www.healthline.com/health/appendicitis#symptoms

https://www.nhs.uk/conditions/appendicitis/treatment/

https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-appendicitis

https://www.medicalnewstoday.com/articles/158806#surgery

https://www.medicinenet.com/appendicitis_appendectomy

Picture: https://www.webmd.com/cancer/ss/slideshow-appendix-cancer