Toxic positivity merupakan suatu kondisi ketika seseorang menuntut dirinya ataupun orang lain untuk memprioritaskan pikiran positif dan menolak pikiran negatif. Membangun sudut pandang positif memang baik, namun jika pikiran negatif juga dihindari, hal ini ternyata dapat berakibat buruk.

Seseorang yang menghadapi toxic positivity akan menghindari emosi negatif seperti kecewa, marah, ataupun sedih terhadap suatu kejadian. Penolakan emosi negatif ini dalam jangka panjang berakibat buruk pada kesehatan mental, seperti merasakan sedih, cemas, dan depresi berkepanjangan. Emosi negatif sebenarnya penting untuk dirasakan dan dibagikan kepada orang lain agar seseorang merasa lebih baik.

Banyak orang membutuhkan motivasi, penyemangat, dan dorongan positif untuk bahagia. Namun ternyata, dorongan positif yang diucapkan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Kadang dilebihkan agar merasa lebih tenang. Tak jarang jadi satu pujian sebagai bentuk penyangkalan.

Pernahkah berucap ‘usaha tidak pernah menghianati hasil’ atau ‘semua akan indah pada waktunya’ Kedua kalimat tersebut merupakan satu bentuk generalisasi, padahal sedang mengalami kenyataan pahit, kegagalan dan patah hati. Kondisi ini disebut dengan toxic positivity.

Ciri-ciri  seseorang dengan Toxic Positivity sebagai berikut : 

- Menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya atau tidak jujur, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.

- Pasrah dan menerima begitu saja.

- Mengucapkan kalimat-kalimat positif saat kondisi buruk dengan tujuan harus berpikiran positif.

- Menolak emosi negatif, misalnya kekecewaan, sakit hati, marah dan tidak nyaman.

- Membandingkan diri dengan orang lain.

Melihat ciri-ciri di atas, kita mungkin pernah mengalami situasi serupa baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, jika kamu atau orang di lingkungan kamu termasuk salah satu yang memiliki toxic positivity, penting untuk membimbing mereka supaya sifat tersebut tidak berlarut-larut. Sebab hal ini juga berdampak tidak baik bagi diri sendiri serta orang lain.

Dampak yang terjadi pada seseorang dengan Toxic Positivity:

  1. Memicu stress

Toxic positivity membuat seseorang cenderung memikirkan banyak hal demi menekan emosi negative yang ada. Dia akan menjadi overthinking karena kumpulan hal-hal yang ada dipikirannya.

  1. Anxiety

Kecenderungan ingin terlihat selalu positif, berusaha tampil baik yang berlebihan akan membuat seseorang yang memiliki toxic positivity cenderung lebih gelisah dan was-was. Di dalam pikirannnya akan selalu muncul ketakutan kalau saja dia tidak menampilkan yang terbaik.

  1. Mengalami gangguan kesehatan mental

Jika seseorang dengan pikiran penuh, selalu gelisah setiap saat tentu akan sangat mudah untuk mengalami stress hingga merusak kesehatan mental.

  1. Merasa paling benar

Sebagian orang yang memiliki kecenderungan toxix positivity mereka ingin dianggap menjadi sosok paling posittif dalam lingkungannya.

  1. Sulit untuk bersosialisasi

Memiliki sifat toxic positivity terkadang membuat orang tersebut tidak bisa jujur dengan diri sendiri bahkan orang lain. Padahal adakalanya sebuah masalah lebih baik diceritakan dengan seseorang supaya mendapatkan solusi.

Beberapa studi psikologis menunjukkan bahwa menyembunyikan atau menyangkal perasaan menyebabkan tingkat stres meningkat. Untuk jujur pada diri sendiri perlu mengeluarkan atau mengekspresikan emosi negatif. Ini membuat tubuh kita lebih waras, sehat dan terbebas dari ketegangan yang disebabkan oleh penindasan kebenaran, ungkap kedua spesialis yang mendalami trauma, anxiety, dan depresi.

Toxic positivity juga memengaruhi hubungan dengan orang lain. Ketika seseorang mengisolasi perasaannya, menyembunyikan emosinya maka akan berjarak dengan orang lain. Saran terbaik dari ahli, untuk menjadi manusia yang sehat perlu kesadaran akan diri sendiri dahulu. Dari pada berpikir semua hal itu memiliki sisi positif tetapi tidak jujur, lebih baik menjaga emosi tetap seimbang untuk merasa bahagia.

 

Sumber Artikel :

Catalino, L. I., & Fredrickson, B. L. (2011). A Tuesday in the life of a flourisher: The role of positive emotional reactivity in optimal mental health. Emotion, 11(4), 938–950.

Fredrickson, B. L. (2013). Positive emotions broaden and build. Advances in Experimental Social Psychology, 47(1), 53.

https://journal.sociolla.com/lifestyle/toxic-positivity-dapat-memengaruhi-kesehatan-mental

https://voi.id/lifestyle/28014/berpikiran-positif-tak-selalu-membahagiakan-hati-hati-i-toxic-positivity-i

https://www.gramedia.com/best-seller/toxic-positivity/

https://journal.sociolla.com/lifestyle/toxic-positivity-dapat-memengaruhi-kesehatan-mental

Quintero, S., Long, J. 2020. Toxic Positivity: The Dark Side of Positive Vibes.

WHO. 2020.  World Mental Health Day. 

 

Sumber Gambar:

https://health.kompas.com/read/2021/06/17/073000368/5-kata-toxic-positivy-yang-berbahaya-untuk-kesehatan-mental?