Sakit berlebihan ketika menstruasi dapat mengindikasikan berbagai penyakit, salah satunya adalah endometriosis. Endometriosis merupakan kelainan yang terjadi karena jaringan yang biasanya melapisi bagian dalam Rahim, kemudian tumbuh di luar rahim. Kelainan ini menyebabkan berbagai gejala, diantaranya nyeri menstruasi yang berlebihan (dysmenorrhea), pendarahan yang berlebihan pada saat menstruasi, nyeri saat buang air besar/kecil, nyeri saat berhubungan seksual dan gangguan kesuburan.1

Endometriosis merupakan penyakit yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetika, hormon, sistem kekebalan tubuh, gangguan periode menstruasi, dan tindakan bedah. Endometriosis sangat umum terjadi pada wanita dengan usia 30-40 tahun dan mungkin dapat menyebabkan ketidaksuburan. Beberapa pengobatan yang berbeda dapat membantu dalam mengelola gejala dari kelainan dan meningkatkan peluang bagi penderita untuk hamil.2

Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, seperti bermanfaat dalam terapi endometriosis, menghambat inflamasi, menstimulasi aktivitas antimikroba, menurunkan risiko kanker, dan meningkatkan imunitas tubuh. Vitamin D dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti sinar matahari pagi, ikan laut, biji-bijian, buah, sayuran, dan suplemen vitamin D.3 Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa penyakit, seperti endometriosis. Sebuah penelitian menegaskan bahwa wanita dengan endometriosis memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah daripada wanita tanpa endometriosis.4 Selain itu, penelitian Qiu, dkk (2020) menyatakan bahwa kekurangan vitamin D merupakan faktor risiko potensial untuk endometriosis.5

 

Bagaimana Menurunkan Risiko Endometriosis?

Berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda lakukan:2,6

1. Melakukan tes kesehatan apabila ada dalam keluarga yang mengalami endometriosis.

2. Berolahraga secara teratur (lebih dari 4 jam dalam seminggu).

3. Menghindari konsumsi kafein dan alkohol dalam jumlah yang besar.

4. Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, seperti ikan laut, biji-bijian, sayuran, buah, susu, dan suplemen vitamin D.

5. Mengelola stress dengan cara melakukan yoga atau meditasi, atau dapat juga menyediakan waktu untuk relaksasi atau perawatan diri.

Referensi:

1. Staf Mayo Clinic. Endometriosis. Terakhir ditinjau: 24 Juli 2018. Tersedia di: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/endometriosis/symptoms-causes/syc-20354656

2. Esther Eisenberg dan E. Briton Chahine. Endometriosis. Terakhir ditinjau: 22 Februari 2021. Tersedia di: https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/endometriosis

3. Meredith East-Powell. Vitamin D and Endometriosis. Terakhir ditinjau: 7 Juli 2020. Tersedia di: https://endometriosis.net/clinical/vitamin-d

4. Ali-Akbar Delbandi, dkk. Vitamin D Deficiency as a Risk Factor for Endometriosis in Iranian Women. Journal of Reproductive Immunology. 2021. 143: 103266

5. Qiu Y, Yuan S, Wang H. Vitamin D Status in Endometriosis: A Systematic Review and Meta‑analysis. Arch Gynecol Obstet. 2020. 302(1):141-52

6. Traci C. Johnson. Endometriosis. Terakhir ditinjau: 12 Desember 2022. Tersedia di: https://www.webmd.com/women/endometriosis/endometriosis-causes-symptoms-treatment