
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang menyebar melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Chlamydia sebagian besar disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penularan mikroorganisme ini dapat terjadi selama kontak anal, oral, vagina, dan genital. Selain itu, mainan seks yang belum dibersihkan dengan baik atau ditutupi dengan kondom baru dapat menjadi sarana penyebaran Chlamydia.2
Wanita muda mendominasi di antara mereka yang terinfeksi Chlamydia. Namun, Chlamydia dapat menginfeksi pria dan wanita dari segala usia. Menurut penelitian, 40 hingga 96 persen orang dengan Chlamydia tidak memiliki gejala. Meski begitu, Chlamydia yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari. Chlamydia dapat menyebar dan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika tidak ditangani dengan benar.1
Gejala Chlamydia
Chlamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1-3 minggu. Seringkali, gejala chlamydia diabaikan karena dianggap segera berlalu dan tidak parah. Gejala chlamydia pada wanita dan pria bisa berbeda, tetapi sakit atau nyeri saat buang air kecil menjadi karakteristik umum. 2
Gejala Chlamydia pada pria dan wanita bisa berbeda. Berikut cara kerjanya:
Gejala Chlamydia pada wanita: 3
> Keputihan sangat berbau.
> Buang air kecil dengan rasa nyeri dan sensasi terbakar
> Nyeri saat berhubungan seksual, dengan kemungkinan pendarahan saat atau sesudahnya
> Saat infeksi sudah menyebar, penderita akan mengalami mual, demam, dan nyeri perut bagian bawah.
Gejala pada pria :
> Timbul cairan bening atau sedikit keruh dari penis
> Rasa nyeri ketika buang air kecil
> Rasa terbakar dan gatal di ujung penis
> Nyeri dan bengkak di sekitar testis
Faktor Risiko Chlamydia2
Berikut ini faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia :
> Pernah mengidap penyakit menular seksual.
> Memiliki lebih dari satu pasangan seksual / berganti-ganti pasangan.
> Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
> Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Diagnosis Chlamydia4
> Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat seksual pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, khususnya organ genital.
> Dokter akan mengumpulkan sampel dari uretra (saluran keluar urine) pada pria atau dari serviks pada wanita, juga dapat memeriksa sampel urin untuk menganalisis terdapatnya bakteri Chlamydia.
> Selain organ genital, swab tenggorokan atau rektum dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri Chlamydia.
Pengobatan4
Pengobatan terdiri kombinasi antibiotik yang diresepkan dokter selama satu atau dua minggu. Antibiotik harus digunakan bahkan setelah gejala chlamydia membaik untuk mencegah retensi bakteri. Pasien juga disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual apa pun selama perawatan untuk menghindari infeksi ulang dan penularan chlamydia ke pasangannya.
Pencegahan3
Hindari berganti pasangan saat berhubungan seks, gunakan kondom dengan tepat, dan lakukan pemeriksaan Chlamydia rutin untuk mencegah infeksi. Pasien Chlamydia harus menunggu persetujuan dokter sebelum melakukan aktivitas seksual untuk mencegah penyebaran infeksi ke pasangannya.
Referensi :
1. Stacy A. Henigsman, DO. Everything You Need to Know About Chlamydia Infection. The Healthline Editorial. Terakhir ditinjau 29 November, 2021. Tersedia di:
https://www.healthline.com/health/std/chlamydia
2. Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. humas.yankes Kemenkes. Terakhir ditinjau 28 Juli ,2022. Tersedia di:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/648/chlamydia
3. WebMD editorial staff. Chlamydia. WebMD. Terakhir ditinjau: Oktober 2022. Tersedia di:
https://www.webmd.com/sexual-conditions/chlamydia#1
4. Mayo Clinic Staff. Chlamydia trachomatis. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Terakhir ditinjau: 11 Februari 2022. Tersedia di:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chlamydia/diagnosis-treatment/drc-20355355