Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong dinding arteri pada saat jantung memompa darah. Tekanan darah tinggi atau yang lebih dikenal dengan hipertensi merupakan suatu keadaan ketika kekuatan dorongan darah terhadap dinding arteri menjadi terlalu tinggi.1
Hipertensi dapat terjadi selama proses kehamilan, dengan tekanan darah ibu hamil berada diatas angka 140/90 mmHg. Pada umumnya, kondisi tersebut muncul di usia kehamilan sekitar 20 minggu, namun, dapat pula terjadi pada awal kehamilan.5
Hipertensi pada kehamilan terjadi pada 5-10% ibu hamil di seluruh dunia.5 Suatu studi penelitian di Indonesia, menunjukkan jumlah kasus hipertensi pada wanita hamil di Indonesia sebesar 6,18%. Meskipun kondisi tersebut umum terjadi, namun harus menjadi perhatian karena angka kejadian yang terus meningkat. Hal tersebut seiring dengan peningkatan angka kematian ibu (AKI) saat persalinan, dimana Indonesia berada pada urutan ketiga tertinggi di Asia tenggara dan Asia Selatan sebagai negara dengan AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010, hipertensi dalam kehamilan menyebabkan sejumlah lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia.6
Adapun jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan adalah:3
> Hipertensi gestasional. Tekanan darah tinggi yang berkembang setelah 20 minggu kehamilan. Tidak ada kelebihan protein dalam urin atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya.
> Hipertensi Kronis. Tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan atau yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
> Hipertensi Kronis dengan Superimposed Preeklampsia. Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis sebelum kehamilan dengan tekanan darah tinggi yang semakin memburuk dan terdapat potein dalam urin atau komplikasi terkait tekanan darah lainnya selama kehamilan.
> Kondisi ini terjadi ketika hipertensi berkembang setelah 20 minggu kehamilan dan dikaitkan dengan tanda-tanda kerusakan sistem organ termasuk ginjal, hati, darah atau otak. Preeklamsia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang serius, bahkan fatal, bagi ibu dan bayi, termasuk kejadian kejang pada ibu hamil (eklampsia).
Gejala preeklamsia diantaranya sakit kepala yang sering kambuh, mual atau muntah, bengkak pada wajah dan tangan, sesak napas, penglihatan kabur, sakit di area perut bagian atas, tekanan darah meningkat secara cepat, dan proteinuria.1,2,3
Beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil dapat mengalami preeklamsia diantaranya kehamilan pertama, berusia diatas 40 tahun, riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, hamil dengan janin lebih dari 1, obesitas dan penyakit autoimun.5
Pengaruh hipertensi selama kehamilan diantaranya penurunan aliran darah ke plasenta, pelepasan plasenta dari dinding rahim, pembatasan pertumbuhan intrauterine, kelahiran prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu, cedera organ lain pada ibu seperti pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan organ utama lainnya, serta penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) dimasa depan pada ibu.3
|
Sistolik |
Diastolik |
Normal |
120 – 129 mmHg |
< 80 mmHg |
Hipertensi Stadium 1 |
130 – 139 mmHg |
80 – 89 mmHg |
Hipertensi Stadium 2 |
> 140 mmHg |
> 90 mmHg |
Proses persalinan untuk ibu hamil yang mengalami hipertensi masih dapat dilakukan secara normal, namun, proses persalinan harus berlangsung singkat. Jika tidak memungkinkan, dokter akan menyarankan untuk melakukan proses induksi atau tindakan operasi selama tidak ditemukan kontraindikasi yang membahayakan.4
Apabila ibu hamil mengalami hipertensi, tetap lakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan, patuhi petunjuk dan anjuran dokter terkait obat penurun tekanan darah yang diberikan, hindari mengonsumsi obat atau suplemen herbal, lakukan olahraga secara rutin, konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, hindari stress, hindari rokok dan minuman yang mengandung alkohol. Dengan demikian kondisi ibu dan bayi akan terus terpantau selama masa kehamilan.5
Selain dari komitmen sang ibu untuk menghadapi tekanan darah selama kehamilan, peran serta sang suami sangat penting dalam hal ini. Suami harus mampu mengajak istri, bersama-sama mengatur pola makan dan gaya hidup, serta aktif bergerak dan berolahraga. Hal yang sama pentingnya adalah suami harus bijak dalam mengahadapi istri di masa kehamilan trimester pertama, dimana istri mengalami masa ngidam.4 Hindari membuat istri stress dengan semua aturan yang diterapkan.
Hipertensi pada kehamilan dapat dicegah dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari keluarga. Mari wujudkan masa kehamilan yang sehat tanpa hipertensi.
Referensi Artikel :
Medline Plus. High Blood Pressure in Pregnany. Tersedia di : https://medlineplus.gov/highbloodpressureinpregnancy.html
Centers for Disease Control and Prevention. High Blood Pressure During Pregnancy. CDC. Terakhir review: 6 May 2021. Tersedia di: https://www.cdc.gov/bloodpressure/pregnancy.htm
Mayo Clinics Staff. High Blood Pressure and Pregnancy : Know The fact. Mayo Clinics. Terakhir review: 07 Oktober 2020. Tersedia di : https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG. Memahamai bahaya hipertensi saat hamil, ini yang mesti diwaspadai ibu. Helo Sehat. Diperbarui : 07 Januari 2021. Tersedia di : https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/hipertensi-pada-ibu-hamil/
Kevin Adrian. Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan dan Cara Penanganannya. AloDokter. Terakhir diperbarui : 08 Maret 2021. Tersedia di : https://www.alodokter.com/waspadai-hipertensi-kehamilan-dari-sekarang
Kartika Sari N, et al. Determinan Gangguan Hipertensi Kehamilan di Indonesia. Berita Kedokteran Masyarakat. 2016;32(9): 295-302.
Referensi Gambar :
https://kingswayhospitals.com/hypertension-during-pregnancy/