Sunflower syndrome merupakan salah satu bentuk epilepsi fotosensitif. Bentuk epilepsi fotosensitif ini juga merupakan bentuk epilepsi yang langka, biasanya dialami oleh anak berusia antara 3 dan 10 tahun, dimana lebih banyak dialami oleh anak perempuan daripada anak laki-laki, dan berhubungan dengan ketegangan dan kecemasan. Sunflower syndrome ditandai oleh terjadinya kejang yang disebabkan oleh aliran listrik di otak, namun patofisiologi dan etiologi terjadinya sunflower syndrome belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Sunflower syndrome cenderung bersifat kronis dan membutuhkan pengobatan seumur hidup.

Sunflower syndrome terjadi karena dipicu oleh cahaya yang berkedip atau cahaya yang membentuk pola terang dan gelap yang kontras. Sunflower syndrome dapat terjadi ketika seseorang yang sedang berada di depan sumber cahaya yang sangat terang, misalnya matahari, melambaikan tangan di depan wajah. Adanya pola berkedip-kedip yang timbul dari kegiatan melambaikan tangan di depan wajah tersebut dapat memicu timbulnya kejang. Kejang juga dapat terjadi pada seseorang yang sedang menonton televisi dalam jarak dekat dan berulang kali membuka dan menutup mata, dimana saluran televisi tersebut diganti dengan cepat.

Kejang yang terjadi pada sunflower syndrome dapat berupa kejang mioklonik. Kejang tonik-klonik dapat terjadi, namun jarang, biasanya terjadi setelah tidak adanya atau terjadinya kejang mioklonik. Kejang mioklonik ditandai oleh serangan otot atau sekelompok otot yang tersentak dalam waktu singkat, biasanya dalam waktu satu detik, seperti syok singkat. Berbeda dengan kejang tonik-klonik yang terjadi lebih lama, biasanya 1 sampai 3 menit. Kejang tonik-klonik terjadi diawali oleh otot yang kaku, hilangnya kesadaran, dan timbulnya tangisan atau rintihan akibat udara yang dipaksa melewati pita suara. Hal tersebut kemudian diikuti oleh sentakan pada kaki dan tangan secara cepat dan berirama, menekuk dan mengendurkan siku, pinggul, dan lutut. Sentakan akan melambat setelah beberapa menit, diikuti oleh kembalinya kesadaran secara perlahan.

Sunflower syndrome dapat didiagnosis dengan menggunakan EEG (electroencephalogram). EEG pada anak-anak dengan sunflower syndrome tampak abnormal, menunjukkan pelepasan gelombang lonjakan umum yang terlihat terutama selama kejadian kejang yang diinduksi sendiri dan juga dapat terlihat selama stimulasi fotik (cahaya).

Pengobatan sunflower syndrome dapat menggunakan obat anti-kejang dan kacamata khusus. Pengobatan yang sering digunakan adalah asam valproate (valproic acid) dan levetiracetam. Namun, perlu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai potensi masalah yang mungkin timbul selama masa kehamilan apabila obat yang digunakan adalah asam valproat. Obat lain yang juga digunakan yaitu clobazam, clonazepam, topiramate. Penggunaan obat anti-kecemasan juga dapat digunakan dan dikombinasikan dengan obat anti-kejang apabila sunflower syndrome yang terjadi berhubungan dengan kecemasan. Kacamata khusus yang digunakan adalah kacamata yang menggunakan lensa biru.

Segera konsultasikan dengan dokter saraf apabila menjumpai seseorang di sekitar anda yang mengalami gejala kejang seperti pada sunflower syndrome untuk meminimalisir efek negatif yang mungkin timbul akibat sunflower syndrome pada masa mendatang.

 

Medical Affairs (DP)

 

Sumber Artikel:

https://epilepsysociety.org.uk/photosensitive-epilepsy

https://www.epilepsy.com/learn/types-epilepsy-syndromes/reflex-epilepsies/sunflower-syndrome-photosensitive-epilepsy

https://www.epilepsy.com/learn/types-seizures/myoclonic-seizures

https://www.epilepsy.com/learn/types-seizures/tonic-clonic-seizures

Geenen, KR., Patel, S., Thiele, S. Sunflower syndrome: a poorly understood photosensitive epilepsy. Developmental Medicine & Child Neurology 2020.

Sumber Gambar:

https://www.popularmechanics.com/science/green-tech/a29702868/sunflowers-solar-energy/