Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang mengisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas. Ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan lendir atau cairan, yang membuat pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi asupan oksigen.

Berdasarkan data UNICEF tahun 2018, pneumonia menjadi penyebab utama infeksi kematian pada anak-anak di bawah lima tahun, menyebabkan kematian sekitar 2.400 anak per hari. Penyakit ini menyumbang sekitar 16% dari 5,6 juta kematian balita, dimana menyebabkan kematian sekitar 880.000 anak pada tahun 2016. Sebagian besar korbannya berusia kurang dari 2 tahun.

Di Indonesia, pneumonia menduduki peringkat kedua tertinggi setelah diare sebagai penyakit penyebab kematian pada balita. Berdasarkan data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2016, sekitar 500.000 anak menderita pneumonia dan 500 diantaranya meninggal dunia

Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan cara penularan langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.

 

Penyebab dan Gejala Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi berbagai bakteria, virus dan jamur. Sekitar 70% penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteria. Seringkali terjadi infeksi yang didahului oleh infeksi virus dan selanjutnya terjadi tambahan infeksi bakteri. Kematian pada kasus pneumonia berat, seringkali disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab pneumonia yang cukup banyak terjadi adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus influenza type b), dan stafilokokus (Staphylococcus aureus). Sedangkan beberapa diantara virus yang dapat menyebabkan pneumonia seperti rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) atau virus influenza. Virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan terjadi peningkatan frekuensi napas sehingga anak tampak sesak napas, demam dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Selain itu, anak atau balita yang mengalami perburukan gejala ditandai dengan gelisah, tidak mau makan/minum, kejang atau sianosis (kebiruan pada bibir), bahkan penurunan kesadaran.

Pencegahan dan Pengobatan Pneumonia

Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan pemberian imunisasi, gaya hidup bersih, serta pemberian nutrisi yang baik pada bayi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine) untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun. Pemberian ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan pun dapat menurunkan risiko kejadian pneumonia pada balita hingga sebesar 20%.

Penanganan untuk pneumonia tergantung pada jenis dan tingkat keparahan yang ada. Anak-anak yang berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani intubasi trakea jika mereka tidak dapat mempertahankan oksigenasi atau memiliki tingkat kesadaran yang menurun. Mayoritas anak-anak yang didiagnosis dengan pneumonia dalam penanganan rawat jalan, dengan pemberian antibiotik oral. Dosis tinggi amoksisilin digunakan sebagai terapi lini pertama untuk anak-anak. Terapi kombinasi (ampicillin dan gentamicin atau sefotaksim) biasanya digunakan dalam perawatan awal bayi baru lahir dan bayi kecil. Jika pneumonia diduga disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak dapat membantu.

(medical affairs dept./AR)

 

Sumber :

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menekan-pneumonia

https://emedicine.medscape.com/article/967822-overview

https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2646720

https://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2014, Buletin Jendela Epidemiologi 2010

 

Gambar :

https://www.healthline.com/health/