Anak sulit mengeja kata-kata? Jika iya, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa anak malas. ada kemungkinan anak mengalami ganguan belajar atau disleksia. Disleksia adalah kesulitan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja. Kondisi Ini disebabkan oleh gangguan saraf pada batang otak yang memproses bahasa. Meskipun tidak berhubungan dengan kecerdasan, kondisi ini berlangsung seumur hidup, dapat dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa,sehingga menjadi tantangan harian bagi mereka.

Meskipun disleksia berlangsung seumur hidup, Banyak dukungan yang tersedia untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis bagi pengidap disleksia, yang dapat memungkinkan mereka berhasil di sekolah dan pekerjaan. Dukungan emosional dari orang-orang terdekat juga sangat penting. Sebagian besar anak dengan disleksia dapat berprestasi di sekolah dengan bantuan bimbingan belajar atau program pendidikan khusus. 1

Penyebab Disleksia

    Penyebab disleksia belum diketahui secara pasti, tetapi dipercaya erat kaitannya dengan faktor genetik. Risiko disleksia akan meningkat jika ada riwayat disleksia dalam keluarga.  

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko disleksia, antara lain:2

- Kelahiran prematur atau lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

- Memiliki keluarga dengan riwayat disleksia.

- Paparan nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi selama kehamilan.

- Cedera atau trauma pada otak.

- Kelainan pada struktur otak yang berfungsi untuk berpikir dan mengolah kata.

Gejala Disleksia

1. Kesulitan membaca

Anak dengan disleksia sering kesulitan belajar membaca meskipun memiliki tingkat kecerdasan normal. Mereka tampak lebih lambat dan berusaha keras dalam membaca, mempelajari huruf, mengucapkan atau menerka huruf atau angka, serta memposisikan mainan huruf.

2. Kesulitan berbicara

Anak dengan disleksia sering mengalami kesulitan dalam berbicara, membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara. Mereka sering salah dalam mengucapkan kata atau membedakan bunyi kata yang berbeda.

3. Perkembangan lambat

Anak dengan disleksia sering mengalami perkembangan yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar merangkak, berjalan, atau berbicara.

4. Sulit mengkoordinasikan gerak tubuh

Anak dengan disleksia sering mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerak tubuh, sehingga tampak lebih lemah dibandingkan anak seusianya. Misalnya, mereka mungkin sulit mengkoordinasikan mata dengan gerakan tangan, yang terlihat ketika mereka mencoba menangkap bola.

5. Kesulitan berkonsentrasi dan rentan terhadap penyakit

Anak dengan disleksia sering sulit berkonsentrasi dan cenderung mudah sakit. Mereka juga lebih rentan terhadap alergi, demam, eksim, atau asma.

Cara Mengatasi Disleksia

Hingga saat ini, tidak ada cara untuk mencegah disleksia. Namun, orang dengan riwayat keluarga disleksia disarankan melakukan konseling pranikah sebelum merencanakan kehamilan untuk mengetahui risiko anak mengalami disleksia. Meskipun disleksia adalah kondisi seumur hidup, deteksi dan penanganan dini dapat membantu proses belajar. Upaya mandiri yang dapat dilakukan untuk menolong penderita disleksia, khususnya anak-anak, antara lain: 3

- Membiasakan anak membaca buku sejak dini.

- Membacakan buku kepada anak.

- Mengajak anak berinteraksi atau bernyanyi saat membaca buku bersama.

- Mendiskusikan isi buku dengan anak.

- Membuat waktu membaca menjadi .

Anak disleksia bukanlah anak yang tidak mampu, melainkan anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Kemampuan anak disleksia perlu diasah dan dikembangkan melalui metode yang tepat sehingga mampu berkembang dengan baik. Bagi para orang tua yang memiliki anak disleksia perlu mulai memperhatikan kebutuhan mereka dengan lebih cermat. Berilah bimbingan dan pembelajaran yang tepat supaya anak mampu berkembang sesuai dengan usia perkembangannya.

Daftar Pustaka

 

Sumber Gambar: