Sejak mulai merebak ke seluruh dunia sekitar awal tahun 2020, pandemi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini dan belum terdapat tanda-tanda akan mengalami penurunan pada jumlah penduduk yang terkonfirmasi positif terinfeksi SARS-CoV-2. Secara khusus di Indonesia, jumlah kasus baru yang paling tinggi terjadi pada tanggal 3 Desember yang mencapai 8.369 kasus baru, dimana provinsi dengan penduduk yang paling banyak terkonfirmasi positif SARS-CoV-2 yaitu provinsi DKI Jakarta.

Jumlah kasus Covid-19 di DKI Jakarta per 15 Desember 2020 mencapai 152, 499 kasus.  Dari 152, 499 kasus tersebut, jumlah kasus yang terjadi pada penduduk lansia DKI Jakarta (berusia ≥ 60 tahun, berdasarkan klasifikasi usia menurut WHO) yaitu sebanyak 15, 704 kasus atau 10,3 % dari total kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak kasus Covid-19 yang terjadi pada usia lansia, usia dengan risiko tinggi terjadinya komplikasi Covid-19 dengan penyakit komorbid yang diderita oleh para lansia karena faktor usia, misalnya penyakit jantung koroner, diabetes, dan stroke.

                Terdapat beberapa gejala Covid-19 yang sangat khas sebagai manifestasi dari infeksi SARS-CoV-2 pada organ pernafasan manusia berupa batuk, demam, kelelahan, dan sesak nafas. Namun, tidak hanya menimbulkan manifestasi pada sistem pernafasan manusia, infeksi SARS-CoV-2 juga dapat menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat manusia yang termanifestasi dalam bentuk anosmia atau kehilangan kepekaan terhadap bau, hipoksia, dan delirium. Dibandingkan anosmia dan hipoksia, delirium merupakan gejala Covid-19 yang baru-baru ini diketahui dan pada umumnya dialami oleh pasien Covid-19 berusia lanjut atau lansia.

                Adanya laporan penelitian mengenai delirium sebagai salah satu gejala Covid-19 pada pasien berusia lanjut atau lansia telah dimuat dalam beberapa jurnal, salah satu diantaranya dalam jurnal SN Comprehensive Clinical Medicine yang memaparkan bahwa 16 orang pasien Covid-19 yang mengunjungi salah satu pusat layanan kesehatan di Inggris mengalami delirium dan 83 % diantaranya berusia ≥75 tahun. Laporan penelitian lain yang dimuat dalam jurnal JAMA Network Open menunjukkan bahwa dari 817 pasien Covid-19 berusia lanjut (≥65 tahun) yang dilibatkan dalam penelitian tersebut, terdapat sebanyak 226 pasien (28 %) mengalami delirium.

Delirium merupakan gangguan serius pada kemampuan mental yang menyebabkan kebingungan berpikir dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Delirium terjadi secara cepat, dalam beberapa jam atau beberapa hari dan dapat merupakan gejala sebuah penyakit. Delirium dapat timbul akibat proses biologis akut yang mempengaruhi stuktur, fungsi, dan zat kimiawi otak yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi, penyalahgunaan narkoba atau konsumsi alkohol, keracunan karbon monoksida, jumlah kalsium dan natrium yang rendah dalam tubuh, penyakit Parkinson, kejang, stroke, konsumsi obat-obatan untuk mengatasi gangguan mood, nyeri, dan pembedahan atau prosedur medis yang melibatkan prosedur anestesi. Delirium juga dapat timbul sebagai akibat dari penyakit parah atau infeksi, misalnya infeksi SARS-CoV-2.

Timbulnya delirium pada seseorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 kemungkinan disebabkan oleh adanya hipoksia dan kekurangan oksigen pada otak, adanya peradangan atau inflamasi pada otak yang disebabkan oleh produksi sitokin yang sangat banyak karena aktivasi kuat pada sistem kekebalan tubuh, serta adanya invasi langsung SARS-CoV-2 pada sistem saraf pusat melalui reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) yang terdapat pada berbagai organ tubuh termasuk otak. Invasi langsung SARS-CoV-2 ke otak dapat langsung melalui akses intra-nasal melalui saraf penciuman, dengan kemungkinan anosmia sebagai gejala awal, atau secara tidak langsung dengan melintasi sawar darah-otak melalui penyebaran hematogen atau limfatik.

Seseorang yang mengalami delirium dapat menampakkan gejala berupa ketidakmampuan untuk fokus pada sebuah topik, menjadi penyendiri dan memberikan respon yang minim terhadap lingkungannya, kehilangan memori (terutama pada kejadian yang baru terjadi), mengalami disorientasi atau tidak mengetahui dimana dia berada, sulit berbicara atau mengingat kata-kata, serta sulit memahami ucapan dan membaca atau menulis. Gejala lainnya yaitu berhalusinasi, gelisah, cemas, lekas marah, agresif, menjadi pendiam atau menarik diri, gerakan melambat atau lesu, kebiasaan tidurnya terganggu, bahkan mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan tidak terduga.

Dari berbagai gejala tersebut, gejala delirium yang umumnya terjadi pada pasien Covid-19 meliputi gangguan kesadaran, mengalami disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau fokus, tidak dapat berpikir secara teratur, lesu dan tampak linglung (delirium hipoaktif). Terdapat pula pasien yang mengalami delirium hiperaktif dengan gejala berupa berhalusinasi, gelisah, cemas, dan agresif.

Tetaplah waspada jika anda seorang yang berusia lanjut atau memiliki keluarga lansia, serta bekerja pada tempat perawatan khusus lansia atau panti jompo karena delirium akibat infeksi SARS-CoV-2 pada lansia, selain terjadi pada lansia yang berumur ≥ 75 tahun, dapat pula terjadi pada lansia yang tinggal di panti jompo, memiliki riwayat penggunaan obat psikoaktif (obat antidepresan, obat tidur, obat antikejang, opioid, dan obat antipsikotik), memiliki gangguan penglihatan, memiliki gangguan pendengaran, mengalami stroke, dan mengalami penyakit Parkinson. Selain itu, delirium akibat infeksi SARS-CoV-2 pada lansia dapat timbul sebagai gejala tunggal yang artinya tidak selalu disertai oleh gejala khas Covid-19 berupa demam dan sesak nafas.

Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika anda atau lansia di sekitar anda tampak mengalami beberapa gejala delirium untuk mengantisipasi timbulnya delirium tersebut sebagai gejala infeksi SARS-CoV-2 bahkan mencegah kemungkinan adanya penyebaran Covid-19 di sekitar para lansia karena jika tidak ditangani segera, delirium akibat infeksi SARS-CoV-2 pada lansia dapat memperpanjang masa perawatan di rumah sakit, bahkan mengakibatkan kematian.

 

(Medical Affairs/DP)

 

Sumber Artikel:

https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/delirium/symptoms-causes/syc-20371386

Emmerton, D., & Abdelhafiz, A. Delirium in Older People with COVID-19: Clinical Scenario and Literature Review. SN Comprehensive Clinical Medicine 2020

Kennedy, E., et all. (Delirium in Older Patients With COVID-19 Presenting to the Emergency Department. JAMA Network Open. 2020;3(11):e2029540

Vázquez JC, Redolar-Ripoll D (2020) Delirium in Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 Infection: A Point of View. J Clin Immunol Immunother 6: 039

 

Sumber Gambar:

https://eu.clipdealer.com/vector/media/A:143715016