Stress merupakan reaksi tubuh terhadap setiap perubahan yang dapat berasal dari lingkungan, tubuh, dan pikiran yang membutuhkan penyesuaian atau respon. Reaksi tubuh atas perubahan tersebut dapat berupa reaksi fisik, mental, dan emosional. Terdapat dua jenis stress yaitu stress fisikokimia dan stress psikologis. Stress fisikokimia berasal dari proses kimia yang terjadi di dalam tubuh, meliputi nutrisi, racun, gangguan metabolik, infeksi, dan inflamasi atau peradangan. Sedangkan, stress psikologis berasal dari kondisi psikologis, misalnya pikiran, dapat pula berasal dari lingkungan. Kedua jenis stress tersebut dapat menimbulkan efek negatif terhadap sistem imunitas tubuh apabila tidak dikelolah dengan baik.
Stress fisikokimia yang tidak dapat diatasi dengan baik oleh sistem imunitas tubuh atau terjadi melebihi kemampuan beradaptasi dari sistem imunitas tubuh, dapat menyebabkan penyakit atau kondisi fatal. Sedangkan, stress psikologis yang berlangsung dalam jangka panjang dan kronis, dapat menyebabkan kadar hormon kortisol dan kortikosteroid terus menerus tinggi, sehingga mengakibatkan resistensi atau kekebalan terhadap hormon kortisol dan mengganggu efek antiinflamasi dari sistem imunitas tubuh. Akibatnya, dapat terjadi infeksi kronis, penyakit inflamasi autoimun kronis, atau kanker. Stress kronis juga dapat menghambat komunikasi antara sel imun dan sistem saraf.
Pada dasarnya, stress tidak selalu bersifat negatif, namun juga dapat bersifat positif, misalnya ketika memulai sebuah pekerjaan baru, stress dapat membantu seseorang untuk fokus, termotivasi untuk bekerja dengan baik, dan bahkan meningkatkan prestasi kerjanya. Walaupun demikian, stress tetap harus diwaspadai apabila menimbulkan efek negatif terhadap tubuh manusia, terlebih pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini dimana banyak orang yang mengalami stress.
Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention stress pada pandemi Covid-19 disebabkan oleh adanya ketakutan dan kekhawatiran mengenai kesehatan pribadi dan kesehatan orang-orang terdekat, ketakutan dan kekhawatiran mengenai kondisi perkerjaan dan keuangan yang akhirnya menyebabkan perubahan pola tidur dan pola makan, sulit tidur dan berkonsentrasi, serta meningkatkan konsumsi alkohol dan perilaku merokok.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelolah stress agar tidak menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan yaitu bersikap atau berpandangan positif, menerima bahwa terdapat beberapa hal yang tidak dapat dikontrol secara pribadi, bersikap asertif terhadap perasaan, pendapat dan keyakinan pribadi daripada bersikap agresif, mempelajari dan mempraktekkan teknik relaksasi, berolahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat, mengelolah waktu secara efektif, dan mengisi waktu luang dengan melakukan hobby. Stress juga dapat dicegah dengan beristirahat dan tidur yang cukup, tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok, serta mencari dukungan sosial. Jika dibutuhkan, dapat pula berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga professional di bidang kesehatan mental.
(Medical Affairs/DP)
Sumber Artikel:
Bae Y-S, Shin E-C, Bae Y-S and Van Eden W (2019) Editorial: Stress and Immunity. Front. Immunol. 10:245.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/managing-stress-anxiety.html
https://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-management#:
Sumber Gambar:
https://www.freepik.com/free-vector/illustrated-woman-scared-covid-19-disease_9904698.htm